Liverpool sedang dalam kondisi terbaiknya kala akan bertandang ke markas Villarreal di babak semi final leg kedua Liga Champions pada Rabu, (03/05/2022) dini hari. Dilansir laman resmi Liverpool, hanya Roberto firmino yang akan menepi dalam lawatan The Reds ke kandang Villarreal. Meski tanpa Firmino, Liverpool terbukti tetap mampu tampil energik dengan menyapu bersih 5 laga terakhir mereka tanpa kehadiran striker asal Brasil tersebut.
Liverpool juga memiliki catatan mentereng musim ini kala melakoni laga tandang Liga Champions, dari 6 pertandingan the Reds bertamu ke kandang lawan, 6 kemenangan meyakinkan sukses mereka raih. Namun, alih alih jumawa, sang juru taktik, Jurgen Klopp lebih memilih untuk mewaspadai Villarreal yang menurutnya memiliki kualitas mumpuni. "Kami senang Liverpool disebut sebagai tim terbaik, namun meski tim terhebat sekalipun juga membutuhkan keberuntungan untuk menang," kata Klopp dilansir Dailymail.
"Kami hari berhati hati dan waspada. Melaju ke partai final adalah mimpi kami, namun jika Villarreal yang ternyata bermain lebih baik, maka selamat, mereka layak ke partai puncak," lanjut juru taktik asal Jerman itu. Ya, meski merendah, nyatanya, penampilan The Reds di musim ini begitu melejit, mereka masih bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris bersama Manchester City. Juga di Liga Champions, tim raksasa Italia, Inter Milan dibuatnya tak berkutik saat bermain dikandang, Liverpool sukses mengalahkan Nerazzurri dengan skor dua gol tanpa balas.
Praktis, di tengah inkonsistensi tim tim eliteLiga Inggrisdan Eropa, The Reds adalah tim dengan performa paling stabil. Tangan dinginJurgen Kloppbenar benar menjadikanLiverpoolsebagai tim superior yang sulit untuk dikalahkan. Sejak datang ke Anfield pada tahun 2015 lalu, juru taktik asal Jerman itu sukses membuat revolusi diLiverpool.
Mulai mentalitas hingga gaya permainan yang diusung mampu membuatThe Redsmenjadi tim yang lebih diperhitungkan di eropa. Perlu diingat, Klopp bukanlah tipe pelatih yang menuntut belanja besar besaran untuk tim yang ia pegang, ia berbeda dengan Guardiola yang membutuhkan dana melimpah untuk membentuk satu tim hebat. Selama enam tahun menjabat sebagai juru taktikThe Reds, pengeluaran paling banyak hanyalah untuk mendatangkan Virgil van Dijk dari Southampton dengan biaya 70 juta euro.
Moneyball yang diterapkan oleh mantan Direktur OlahragaLiverpool,Michael Edward, menjadi kunci dari kesuksesan bursa transfer The Reds dari musim ke musim yang memanjakan Klopp untuk meracik strategi. Pemain pemain yang kini menjadi bintang, seperti Mo Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino,Diogo Jota, Jordan Henderson, hingga Robertson adalah pemain yang diboyong dengan harga dibawah 50 juta euro. Klopp jeli dalam menggodok pemain yang biasa biasa saja sebelumnya menjadi sosok penting dalam taktik yang dia usung.
Nama nama yang disebutkan di atas adalah contohnya, mereka diboyong dengan banderol di bawah 50 juta euro, namun apa yang mereka tunjukkan di lapangan begitu luar biasa. Mohamed Salah yang menjadi bintang, diakui sebagai salah satu pemain terbaik di dunia dengan beberapa kali masuk dalam nominasi pemenangan Ballon d'Or. Awal kehebatan Klopp terlihat saatLiverpoolberhasil dibawanya mencapai babak final Piala Liga dan Liga Eropa pada musim 2015/2016.
Lalu di musim selanjutnya (2016/2017), pelatih berusia 52 tahun tersebut mampu membawaThe Redstampil di ajangLiga Championssetelah tiga musim absen. Grafik menanjak kembali mampu Klopp tunjukan di musim 2017/2018, Jordan Henderson dan kolega dibawanya mencapai babak finalLiga Championsdan bersua tim raksasa Spanyol, Real Madrid. Sayangnya, blunder konyol yang dilakukan Karius di partai tersebut membuatLiverpoolharus menyerahkan trofi Si Kuping Besar ke tangan Los Blancos.
Namun, bukan Klopp namanya jika ia tak belajar dari kekalahan. Di musim selanjutnya,The Redssukses dibawanya tampil superior diLiga Championshingga kembali melangkah ke babak final. Tottenham Hotspur yang menjadi lawan dibuat tak berdaya, tim asuhan Pochettino berhasil Klopp kalahkan dengan skor meyakinkan 2 0 lewat sumbangan gol Mo Salah dan Divock Origi. Raihan manis terakhir yang sukses Klopp berikan untukLiverpoolterjadi pada musim 2019/2020.
Liverpool menjalani musim paling luar biasa di liga dengan mengalami jumlah kekalahan yang dapat dihitung jari. Gelar Liga Primer Inggris pun berhasil mereka bawa pulang setelah 30 tahun lamanya tak masuk lemari prestasi di Anfield. "Dia (Jurgen Klopp) akan dikenang selamanya oleh fans di Anfield, Klopp adalah orang yang harus dihormati berkat jasa jasanya untukLiverpool," Kata Gerrard, legenda hidupLiverpooldilansir ESPN.
Berhasil mencatatkan hasil istimewa untukThe Redstak membuat eks pelatih Brussia Dortmund itu jumawa. Dalam sebuah konferensi Pers, Klopp menyebut dirinya adalahThe Normal One, dia tak merasa menjadi orang yang spesial walaupun telah memberi gelar bergengsi untukLiverpool. Permainanhigh pressing, gegenpressing,dandirect passdipertontonkan oleh skuat juru taktik asal Jerman itu.
Ya,'Rock and Roll football'yang diusungJurgen Kloppdengan 3 skema tersebut mampu membuatLiverpooltampil mempesona musim ini juga musim musim sebelumnya. Salah satu yang paling mencolok adalah bagaimana Klopp menerapkan permainan gegenpressing untukLiverpool. "Gegenpressing adalah soal ketepatan dan kecepatan, kami memberi waktu 5 detik untuk pemain dapat merebut bola kembali setelah kehilangannya," kata Klopp, dilansirHaytersTV.
"Kami memanfaatkan kegagalan lawan melakukan transisi menyerang untuk menciptakan peluang dan mencetak gol, itu yang kami lakukan," lanjutnya. Walaupun menguras stamina dan membuat pemainLiverpoolrentan cedera, permainan yang diusung Klopp terbukti efisien untuk meraih 3 poin dan mengalahkan lawan lawannya yang di atas kertas secara skuat lebih mewah dari tim yang bermarkas diAnfield Stadiumtersebut. Rulli; Foyth, Albiol, Torres, Estupinan; Lo Celso, Parejo, Capoue, Coquelin; Danjuma, Moreno.
Alisson; Alexander Arnold, Matip, Van Dijk, Robertson; Henderson, Fabinho, Thiago; Salah, Jota, Mane.